Sabtu, 01 Agustus 2015

Aspirasi Mekonium

Aspirasi Mekonium
Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya mekonium intrauterin.
Sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome, MAS) disebabkan aspirasi
cairan amnion yang mengandung mekonium.
Derajat keparahan MAS berkaitan dengan derajat asfisia dan jumlah mekonium yang
teraspirasi. Mekonium yang teraspirasi juga menyebabkan obstruksi jalan napas akut,
peningkatan resistensi jalan napas, atelektasis, dan hiperekspansi yang disebabkan oleh
mekanisme ball-valve. Fase obstruksi diikuti dengan fase inflmasi 12-24 jam sesudahnya
yang mengakibatkan kerusakan lebih lanjut. Aspirasi cairan lain (misalnya darah atau
cairan amnion) mengakibatkan kerusakan yang sama tetapi lebih ringan.
Diagnosis
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis MAS bervariasi dan bergantung pada derajat hipoksia, jumlah serta
konsistensi mekonium yang teraspirasi.
- Bayi dengan MAS sering menunjukkan tanda postmaturitas, yaitu kecil masa
kehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas, dan pewarnaan kuning-hijau pada kulit.
- Adanya mekonium pada cairan ketuban. Konsistensi mekonium bervariasi. Walaupun
MAS dapat terjadi pada mekonium yang hanya sedikit, sebagian besar bayi dengan
MAS memiliki riwayat mekonium kental seperti lumpur.
- Obstruksi jalan napas. MAS dini akan bermanifestasi sebagai obstruksi saluran napas.
Gasping, apnu, dan sianosis dapat terjadi akibat mekonium kental yang menyumbat
saluran napas besar.
- Distres pernapasan. Mekonium yang teraspirasi sampai ke saluran napas distal tetapi
tidak menyebabkan obstruksi total akan bermanifestasi sebagai distres pernapasan,
berupa takipnu, napas cuping hidung, retraksi interkostal, peningkatan diameter
anteroposterior dada, dan sianosis.
Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 15
Pemeriksaan penunjang
1. Darah perifer lengkap dan septic work-up untuk menyingkirkan infeksi.
2. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia. Hiperventilasi mengakibatkan alkalosis
repiratorik pada kasus ringan, tetapi pada kasus berat akan mengakibatkan asidosis
respiratorik.
3. Foto toraks menunjukkan hiperinflsi, diafragma mendatar, dan infitrat kasar/bercak
iregular. Dapat ditemukan pneumotoraks atau pneumomediastinum.
4. Ekokardiograf diperlukan bila diduga terjadi persistent pulmonary hypertension of the
newborn (PPHN).
Tata laksana
A. Tata laksana bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang persalinan
1. Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring dengan peningkatan
konsistensi mekonium.
2. Rekomendasi bahwa dokter kebidanan harus membersihkan hidung dan orofaring
bayi sebelum melahirkan bahu atau dada, tidak dianjurkan lagi. Jika ditemukan
mekonium pada cairan ketuban, bayi harus segera diserahkan kepada dokter anak
untuk dibersihkan (AAP 2009).
3. Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur mekonium,
dokter anak harus menentukan apakah bayi bugar atau tidak. Bayi dikatakan bugar
bila frekuensi denyut jantung >100 kali/menit, bernapas spontan, dan tonus baik
(bergerak spontan atau flksi ekstremitas).
a. Bila bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang konsistensi
mekonium.
b. Bila terdapat distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan pengisapan
intratrakeal (menggunakan aspirator mekonium).
4. Bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak 20-30% akan
mengalami depresi saat melalui perineum. Pada kasus ini, intubasi menggunakan
laringoskop sebaiknya dilakukan sebelum usaha napas dimulai. Setelah intubasi, pipa
endotrakeal dihubungkan dengan mesin pengisap. Prosedur ini diulangi sampai
trakea bersih atau bila resusitasi harus dimulai. Visualisasi pita suara tanpa melakukan
pengisapan tidak dianjurkan karena mekonium masih mungkin berada di bawah pita
suara. Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari sampai pengisapan trakea
selesai. Kondisi umum bayi tidak boleh diabaikan selama melakukan pengisapan
trakea. Pengisapan trakea harus dilakukan dengan cepat dan ventilasi harus segera
dimulai sebelum terjadi bradikardi.
B. Tata laksana MAS
Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, bayi yang mengalami distres intrapartum
masih berisiko mengalami MAS dan harus dipantau secara ketat.
16 Aspirasi Mekonium
1. Perawatan rutin. Distres sering mengakibatkan abnormalitas metabolik seperti
hipoksia, asidosis, hipoglikemia, dan hipokalsemia. Koreksi abnormalitas metabolik
bila diperlukan. Cairan harus direstriksi untuk mencegah edema serebri dan
paru.
2. Pemantauan saturasi oksigen. Pulse oxymetri dapat dijadikan pemeriksaan
awal untuk mendeteksi PPHN dengan membandingkan saturasi oksigen pada
lengan kanan dengan saturasi oksigen pada ekstremitas bawah.
3. Obstruksi. Pada bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi obstruksi
mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia. Atelektasis dan inflmasi yang terus
berjalan serta terbentuknya pirau ekstrapulmonar akan memperburuk mismatch
ventilasi-perfusi dan mengakibatkan hipoksemia berat.
4. Hipoksemia. Tata laksana hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi oksigen
inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH. Bayi harus mendapat
oksigen yang adekuat karena hipoksia berulang mengakibatkan vasokonstriksi
paru dan selanjutnya dapat menyebabkan PPHN.
5. Ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik terindikasi bila PaCO
2 >60 mmHg atau
terdapat hipoksemia persisten (PaO2 <50 berat="" br="" kasus="" mmhg="" pada="" seringkali="">dibutuhkan inspiratory pressure yang lebih tinggi dibandingkan kasus sindrom
gawat napas. Waktu ekspirasi yang cukup harus diberikan untuk mencegah air
trapping akibat obstruksi parsial saluran napas. Bayi dengan MAS berat yang tidak
berespons dengan ventilator konvensional dan yang mengalami air leak syndrome
mungkin membutuhkan high frequency oscillatory ventilator.
6. Medikamentosa.
a. Antibiotik. Seringkali sulit untuk membedakan antara pneumonia
bakterial dan MAS hanya berdasarkan temuan klinis dan foto toraks.
Walaupun beberapa bayi dengan MAS juga mengalami infeksi, penggunaan
antibiotik spektrum luas terindikasi hanya pada kasus dengan infitrat pada
foto toraks. Kultur darah darus dilakukan untuk mengidentifiasi etiologi
dan mengevaluasi keberhasilan terapi antibiotik.
b. Surfaktan. Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen. Terapi
surfaktan dapat meningkatkan oksigenasi, menurunkan komplikasi
pulmonal, dan menurunkan kebutuhan ECMO (extracorporeal membrane
oxygenation). Surfaktan tidak rutin diberikan untuk kasus MAS, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk kasus yang berat dan tidak berespons terhadap
terapi standar.
c. Kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid pada MAS tidak dianjurkan.
Komplikasi
1. Air leak. Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10-20% pasien dengan
MAS. Air leak terjadi lebih sering pada bayi yang mendapat ventilasi mekanik. Bila
terjadi pneumotoraks, maka harus ditata laksana segera.
Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 17
2. Hipertensi pulmonal. Sebanyak 35% kasus PPHN berhubungan dengan MAS.
Ekokadiograf harus dilakukan untuk menentukan derajat keterlibatan pirau kanan
ke kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi penyakit jantung bawaan. Pada kasus
MAS yang disertai PPHN, dapat dipertimbangkan pemberian inhalasi nitrit oksida
atau vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan inotropik untuk
mencegah hipotensi.
Prognosis
- Dengan kemajuan terapi seperti pemberian surfaktan, high frequency ventilation,
inhalasi nitrit oksida, dan ECMO, angka mortalitas dapat dikurangi sampai <5 br="">- Bronchopulmonary displasia dan penyakit paru kronik merupakan sekuele akibat
ventilasi mekanik jangka panjang.
- Sekuele neurologik sering terjadi pada kasus asfisia berat.
Pencegahan keluarnya mekonium intrauterin
Upaya pencegahan MAS pada tahap pranatal adalah:
1. Identifiasi kehamilan risiko tinggi yang dapat menyebabkan insufiiensi uteroplasenta
dan hipoksia janin, yaitu:
- Ibu dengan preeklampsia atau hipertensi
- Ibu dengan penyakit respiratorik atau kardiovaskular kronik
- Ibu yang memiliki janin dengan pertumbuhan terhambat
- Kehamilan post-matur
- Perokok berat
2. Pemantauan janin secara ketat. Tanda distres janin, yaitu ketuban bercampur mekonium
dengan ruptur membran, takikardi janin, atau deselerasi harus ditindaklanjuti segera.
3. Amnioinfusion. Larutan salin normal dimasukkan ke dalam rahim lewat serviks pada
ibu dengan cairan ketuban bercampur mekonium dan deselerasi laju jantung bayi.
Kepustakaan
1. Harris LL, Stark AR. Meconium aspiration. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting.
Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins;2008. h.403-6.
2. Gomella TL, Cunningham D, Eyal FG. Neonatology: management, procedures, on-call problems, disease,
and drugs. Edisi ke-6. New York: McGraw-Hill;2009.
3. Wiswell TE, Gannon CM, Jacob J, Goldsmith L, Szyld E, Weiss K, dkk. Delivery room management of the
apparently vigorous meconium-stained neonate: results of the multicenter, international collaborative
trial. Pediatrics. 2000;105:1-7.
4. Peter A. Dargaville, Beverley Copnell and for the Australian and New Zealand Neonatal
Network. The epidemiology of meconium aspiration syndrome: incidence, risk factors,
therapies, and outcome. Pediatrics. 2006;117;1712-21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar