Selasa, 04 Agustus 2015

DEMAM REMATIK AKUT

Diambil dari PPT II
Demam Rematik Akut
Demam rematik akut (DRA) merupakan penyakit reaksi autoimun lambat terhadap
Streptococcus grup A (SGA) Manifestasi klinis pada penderita ditentukan oleh kerentanan
genetik penderita, virulensi organisme, dan lingkungan. Demam rematik akut yang tidak
diterapi dengan baik akan menimbulkan gejala sisa pada jantung yang dikenal sebagai
penyakit jantung rematik (PJR).
DRA dan PJR terjadi sebagian besar di negara yang sedang berkembang, lingkungan padat,
sosial ekonomi rendah, keadaan malnutrisi, dan fasilitas kesehatan terbatas. Insidens
puncak terjadi pada usia 8 tahun (rentang usia 6 – 15 tahun).
Diagnosis
Kriteria Jones (revisi) untuk pedoman dalam diagnosis reumatik (1992)
Manifestasi mayor Manifestasi minor
Karditi
Poliartriti
Khorea
Eritema marginatum
Nodul subkutan
PLUS
Klinis
Artralgia
Demam
Laboratorium
Peningkatan reaktan fase akut (laju endap darah, C-reactie protein)
Pemanjangan interval PR pada EKG
Bukt infeksi streptokokus grup A sebelumnya
Kultur usap tenggorok atau rapid streptococcal antien test positi
Titer antiodi streptokokus di atas nilai normal atau meningkat
Dasar diagnosis
- Highly probable (sangat mungkin)
- 2 mayor atau 1 mayor + 2 minor
- Disertai bukti infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A
- ASTO atau kultur positif Doubtful diagnosis (meragukan)
- 2 mayor
- 1 mayor + 2 minor
42 Demam Rematik Akut
- Tidak terdapat bukti infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A
- Exception (perkecualian): diagnosis DRA dapat ditegakkan bila hanya ditemukan
- Korea saja atau
- Karditis indolen saja Pada tahun 2003, WHO mengeluarkan rekomendasi untuk
melanjutkan penggunaan kriteria Jones yang diperbaharui (tahun 1992) untuk
demam rematik serangan pertama dan serangan rekuren DR pada pasien yang
diketahui tidak mengalami PJR. Untuk serangan rekuren DR pada pasien yang
sudah mengalami penyakit jantung rematik, WHO merekomendasikan penggunaan
minimal dua kriteria minor dengan disertai bukti infeksi SGA sebelumnya. Kriteria
diagnostik PJR ditujukan untuk pasien yang datang pertama kali dengan mitral
stenosis murni atau kombinasi stenosis mitral dan insufiiensi mitral dan/atau
penyakit katup aorta. Untuk chorea rematik tidak diperlukan kriteria mayor lainnya
atau bukti infeksi SGA sebelumnya (WHO, 2004).
Kriteria DR menurut WHO tahun 2002-2003 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Kriteria WHO Tahun 2002-2003 untuk diagnosis demam remati dan penyakit jantung
remati (berdasarkan revisi kriteria Jones)
Kategori diagnosti Kriteria
Demam remati serangan pertama Dua mayor atau satu mayor dan dua minor ditambah dengan
bukt infeksi SGA sebelumnya
Demam remati serangan rekuren
tanpa PJR
Dua mayor atau satu mayor dan dua minor ditambah dengan
bukt infeksi SGA sebelumnya
Demam remati serangan rekuren
dengan PJR
Dua minor ditambah dengan bukt infeksi SGA sebelumnya
Korea remati Tidak diperlukan kriteria mayor lainnya atau bukt infeksi SGA
PJR (stenosis mitral murni atau
kombinasi dengan insufiiensi mitral
dan/atau gangguan katup aorta)
Tidak diperlukan kriteria lainnya untuk mendiagnosis sebagai
PJR
Sumber: WHO, 2004
Tata laksana
Tirah baring
Lama dan tingkat tirah baring tergantung sifat dan keparahan serangan (Tabel 2. panduan
aktivitas pada DRA).
Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 43
Tabel 2. Panduan aktiitas pada DRA
Aktiitas Artriti Karditi minimal Karditi sedang Karditi berat
Tirah barin 1-2 minggu 2-4 minggu 4-6 minggu 2-4 bulan/selama masih
terdapat gagal jantung
kongesti
Aktiitas dalam rumah 1-2 minggu 2-3 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan
Aktiitas di luar rumah 2 minggu 2-4 minggu 1-3 bulan 2-3 bulan
Aktiitas penuh Setelah 6-10
minggu
Setelah 6-10
minggu
Setelah 3-6
bulan
bervariasi
Pemusnahan streptokok dan pencegahan
Rekomendasi untuk pencegahan streptokok dari tonsil dan faring sama dengan
rekomendasi yang dianjurkan untuk pengobatan faringitis streptokok, yaitu:
- Benzantin penicillin G
- Dosis 0,6-1,2 juta U i.m.
- Juga berfungsi sebagai pencegahan dosis pertama
- Jika alergi terhadap benzantin penisilin G
- Eritromisin 40mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis selama 10 hari
- Alternatif lain: penisilin V 4 X 250 mg p.o. selama 10 hari
Pengobatan antinyeri dan antiradang
Antiinflmasi asetosal diberikan pada karditis ringan sampai sedang, sedangkan prednison
hanya diberikan pada karditis berat.
- Karditis minimal: tidak jelas ditemukan kardiomegali
- Karditis sedang: kardiomegali ringan
- Karditis berat: jelasterdapat kardiomegali disertai tanda gagal jantung
Tabel 3.Panduan obat ant inflmasi
Artriti Karditi ringan Karditi sedang Karditi berat
Prednison - - 2-4 minggu 2-6 minggu
Aspirin 1-2 minggu 2-4 minggu 6-8 minggu 2-4 bulan
Dosis: Prednison : 2 mg/kgbb/haridibagi 4 dosis
Aspirin :100 mg/kgbb/hari, dibagi 4-6 dosis
Dosis prednison di tappering off pada minggu terakhir pemberian dan mulai diberikan
aspirin
Setelah minggu ke-2 dosis aspirin diturunkan menjadi 60 mg/kgbb/hari
44 Demam Rematik Akut
Pencegahan
Sesudah pengobatan DRA selama 10 hari dilanjutkan dengan pencegahan sekunder.
Cara pencegahan sekunder yang diajukan oleh The American Heart Association dan
WHO, yaitu mencegah infeksi streptokokus.
Pencegahan primer
Penisilin oral untuk eradikasi Streptococcus beta hemolyticus group A selama 10 hari atau
benzathine penicillin G 0.6-1.2 juta unit IM
Pencegahan sekunder
Benzantin penisilin G 600.000 U IM untuk berat badan<27 1="" br="" juta="" kg="" pound="" u="">untuk berat badan >27 kg (60 pound) setiap 4 minggu/28 hari
- Pilihan lain:
- Penisilin V p.o.125–250mg 2 kali sehari Sulfadiazin 1 g p.o. sekali sehari Eritromisin
250 mg p.o. 2 kali sehari Diberikan pada demam reumatik akut, termasuk korea
tanpa penyakit jantung reumatik.
- Lama pencegahan adalah sebagai berikut:
Kategori pasien Durasi
Demam remati tanpa karditi Sedikitnya sampai 5 tahun setelah serangan terakhir
atau hingga usia 18 tahun
Demam remati dengan karditi tanpa bukt
adanya penyakit jantung residual/kelainan
katup.
Sedikitnya sampai 10 tahun setelah serangan terakhir
atau hingga usia 25 tahun, dipilih jangka waktu yang
terlama
Demam reumati akut dengan karditi dan
penyakit jantung residual (kelainan katup
persisten)
Sedikitnya 10 tahun sejak episode terakhir atau
sedikitnya hingga usia 40 tahun, dan kadang-kadang
seumur hidup
Setelah operasi katup Seumur hidup
Kepustakaan
1. Flyer DC. Rheumatic fever. Dalam: Keane JF, Lock JE, Flyer DC. Nadas’ pediatric cardiology. Edisi ke-2.
Philadelphia: Elsevier; 2006. h. 387-400.
2. Mishra TK. Acute rheumatic fever and rheumatic heart disease: current scenario. JIACM. 2007;8(4):324-
30.
3. WHO. Rhematic fever and rheumatic heart disease.-report of a WHO expert Consultation [Online].
[Diunduhtanggal 15 Juni 2009]. Diunduhdari: http://www.who.int/cardiovaskular_diseases/resources/
trs 923/en/index.html.
4. Vijayalakshmi IB, Vishnuprabhu RO, Chitra N, Rajasri R, Anuradha TV. The effiacy of echocardiographic
criterions for the diagnosis of carditis in acute rheumatic fever. Cardiol Young. 2008;18:586-92.
Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 45
5. Gerber MA. Group A streptococcus. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson textbook
of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders; 2008. h. 1135-44.
6. Gerber MA, Baltimore CRS, Eaton CB, Gewitz M, Rowley AH, Shulman ST, Taubert KA. Prevention
of Rheumatic Fever and Diagnosis and Treatment of Acute Streptococcal Pharyngitis: A Scientifi
Statement From the American Heart Association Rheumatic Fever, Endocarditis, and Kawasaki Disease
Committee of the Council on Cardiovascular Disease in the Young, the Interdisciplinary Council on
Functional Genomics and Translational Biology, and the Interdisciplinary Council on Quality of Care
and Outcomes Research. Circulation. 2009;119:1541-51.
7. Dajani A, Taubert K, Ferrieri P et al. Treatment of acute streptococcal pharyngitis and prevention of
rheumatic fever: a statement for health professionals. Pediatrics 1995;96:758-764


www.sahabat-wangi.com/index.php?id=drfreddy 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar